Beasiswa U to U, Osaka International University

           Perkenalkan, nama saya Gede Boy Sistha Nanda Dipraja dan biasa dipanggil Boy. Saya merupakan salah satu mahasiswa program studi Sastra Jepang FIB UNUD angkatan 2015. Saya diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan khususnya bahasa Jepang di Osaka International University (OIU) melalui jalur U to U (University to University). Beasiswa yang saya terima merupakan beasiswa kuliah di Jepang yang tahapan seleksinya dilakukan anatara Sastra Jepang FIB Universitas Udayana dengan Osaka International University di Jepang tanpa melalui seleksi oleh pihak Kedutaan Besar Jepang. Program yang saya ikuti melalui beasiswa ini adalah program Japanese Studies yang secara khusus disebut Osaka Kokusai Daigaku Ryuugakusei Bekka di Osaka International university. Program ini berlangsung selam lebih kurang 6 bulan, dimulai dari tanggal 14 September 2018 sampai dengan 7 Februari 2019. Berbeda halnya dengan beasiswa Monbukagakusho yang memberikan fasilitas penuh, dalam beasiswa ini fasilitas yang diperoleh hanya fasilitas perkuliahan di universitas seperti biaya pendidikan. Sedangkan untuk tunjangan hidup, biaya pesawat harus disiapkan secara individu. Namun, tidak perlu khawatir karena dalam beasiswa ini pihak universitas di Jepang selalu mengawasi dan mensupport mahasiswa asing yang mengenyam pendidikan di OIU. Selain itu, penerima beasiswa ini juga diizinkan untuk melakukan aruibaito atau kerja paruh waktu yang saya rasa sangat membantu dan juga menjadi sebuah jalan yang menyenangkan untuk benar-benar merasakan hidup berbaur bersama orang Jepang secara langsung yang membuat kemampuan berbahasa Jepang menjadi semakin meningkat.

            Sebelum kedatangan ke Jepang, pihak universitas telah memberikan beberapa rekomendasi tempat tinggal yang cocok untuk ryuugakusei . Ketika masa ryuugaku saya memilih tinggal di sebuah apartment yang berada di Prefektur Osaka, tepatnya di daerah Hirakata yang jaraknya tidak terlalu jauh dari universitas, hal ini dikarenakan apartment tersebut merupakan tempat yang selalu dipilih oleh Senpai sebelumnya ketika menerima beasiswa di OIU. Selain itu, tempat tersebut juga berada di daerah yang cukup praktis dan menyenangkan untuk ditinggali karena sangat dengan pusat perbelanjaan, taman hiburan, stasiun kereta dan yang lainnya. Apartment tersebut juga menyediakan fasilitas yang sangat menunjang seperti peralatan masak, wi-fi, dan alat-alat lainnya yang sangat membantu dalam menjalankan kehidupan sebagai ryuugakusei. Tidak hanya itu, pemilik apartment juga sangat baik dan mensupport ryuugakusei yang tinggal di apartmentnya. Ketika itu, di apartment yang sama juga tinggal seorang ryuugakusei yang berasal dari Kamboja. Dikarenakan kami sama-sama menjadi ryuugakusei di OIU kami menjadi sangat dekat sejak awal bertemu hingga saat ini. Semua itu membuat kesan pertama sampai di Jepang yang saya rasakan sangatlah menyenangkan.

            Setelah menyelesaikan proses apartment, selanjutnya dilangsungkan nyuugaku shiki atau upacara masuk universitas pada tanggal 20 September 2018. Acara tersebut diikuti oleh seluruh ryuugakusei dan dihadiri juga oleh mahasiswa Jepang atau Gakubu sei OIU, sehingga sejak awal saya sudah bisa berkenalan dengan seluruh mahasiswa asing dan juga beberapa mahasiswa jepang yang hadir. Selanjutnya dalam acara tersebut juga diberikan arahan tentang pekuliahan, transportasi menuju universitas, aturan-aturan yang diberlakukan di iniversitas, fasilitas, klub, dan juga mata kuliah. Selanjutnya Nyuugaku shiki tersebut diakhiri dengan makan bersama dan pesan kesan dari perwakilan mahasiswa asing. Selanjutnya, setelah nyuugaku shiki, dilaksanakan ujian tulis yang digunakan untuk membagi kelas mahasiswa asing berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Kelas tersebut dibagi menjadi tiga jenis yaitu chuukyuu (basic), joukyuu (intermediate) dan choujoukyuu (advanced). Berdasarkan hasil ujian, saya ditempatkan di kelas joukyuu. Selanjutnya dalam perkuliahan, kelas joukyuu dan choujoukyuu memiliki beberapa hal yang special, yaitu dapat memilih mata kuliah tambahan yang diikuti oleh mahasiswa jepang selain dari kuliah wajib  yang hanya ditujukan untuk mahasiswa asing. Adapun kuliah wajib kelas joukyuu yang dimaksud adalah mojigoi, bunpou, koudoku (dokkai) , choukai, komunikeeshon dan bunshou hyougen. Selanjutnya mata kuliah pilihan yang saya ambil adalah nihonjijou tokubetsu kougi, jissen nihongaku, dentoubunka kenkyuu, nihongo nouryoku shaken taisaku.

            Selain perkuliahan di kelas, saya juga sempat mengikuti sebuah klub di OIU, yaitu klub bulutangkis. Melalui klub tersebut saya bertemu dengan mahasiswa gakubu yang walaupun berbeda jurusan, namun tetap bisa membantu selama saya belajar di OIU. Selain itu, terdapat satu mata kuliah yang saya rasa sangat menarik yaitu jissen nihongaku, mata kuliah tersebut tidak diadakan di kelas melainkan lansgung terjun untuk melihat kehidupan mahasiswa, murid SMA, dan juga tempat-tempat sejarah di daerah Osaka sampai dengan Kyoto. Dalam perkuliahan tersebut, saya berbaur dengan siswa SMA dari Neyagawakoukou dan saya memahami banyak hal yang sedang populer di kalangan remaja Jepang, khususnya di Osaka. Selain itu, karena pertemuan di luar kelas yang cukup sering, membuat saya tidak hanya semakin memahami penggunaan tatabahasa jepang umum (hyoujungo) saja, tapi juga membuat saya paham tentang dialek kansai yang terasa sangat special dan berkarakter. Melalui perkuliahan tersebut, saya memahami berbagai budaya jepang secara langsung, seperti cara masyarakat jepang memaknai anak laki-laki melaui koinobori dan kodomo no hi, melihat dan membaca secara langsung asal usul terbentuknya kanji di museum kanji Kyoto, cerita kehidupan Toyotomi Hideyoshi, cara membuat kue Dango  dan yang lain-lainnya.

            Ketika masa ryuugaku, ada saat-saat yang saya rasa sangat menyenangkan selain dari perkulihan, yaitu mengikuti kegiatan Kyoto one day tour yang diadakan oleh universitas yang didampingi oleh mahasiswa gakubu OIU. Dalam acara tersebut saya bersama beberapa ryuugakusei lainnya diajak berkeliling Kyoto untuk melihat tempat-tempat bersejarah dan beberapa objek wisata yang terkenal. Selanjutnya hasil dari jalan-jalan tersebut dituangkan dalam sebuah laporan dalam bahasa Jepang oleh mahasiswa gakubu tersebut, selanjutnya laporan tersebut diharapkan diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri oleh masing-masing mahasiswa asing, selanjutnya hasil terjemahan tersebut dimuat sebagai artikel universitas. Saya merasa senang karena hasil terjemahan saya bersama teman-teman bisa digunakan di universitas dan menjadi guide book untuk wisatawan yang mungkin akan berkunjung ke Kyoto. Selanjutnya, yang tidak kalah menyenangkan dan berkesan adalah ketika saya diminta untuk mempresentasikan tentang Bali dan Indonesia mewakili seluruh mahasiswa asing asal Indonesia dalam acara Osaka International University International Day. Acara tersebut diahadiri oleh seluruh mahasiswa OIU, Dosen, dan juga Koordinator program BEKKA dan Rektor. Selanjutnya, berdekatan dengan acara tersbut, saya juga diberikan kesempatan untuk menampilkan kesenian Bali berupa seruling dalam acara festival budaya (bunkasai) OIU. Saat itu, selain saya memainkan seruling Bali, saya juga menampilkan tarian manuk dadali bersama mahasiswa gakubu dan ryuugakusei yang berasal dari Indonesia. Namun, yang paling berkesan adalah ketika saya bermain seruling mengiringi seorang ryuugakusei yang berasal dari China.  Selain itu, ada juga beberapa kegiatan yang lain seperti natalan, ryourikai, Halloween party, shinnenkai, volunteer of kansai airport dan masih banyak kegiatan yang lainnya. Program ryuugaku ini diakhiri denag upacara pelepasan (shuuryou shiki).

            Bisa memperoleh kesempatan untuk belajar di Jepang, khususnya di Osaka International University benar-benar bukan hal yang pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya sendiri pada awalnya bukanlah mahasiswa yang pandai berbahasa Jepang. Disaat teman-teman yang lain sudah berhasil menghafal banyak kanji, saya masih harus berusaha mengingat bentuk demi bentuk, cara baca dan arti dari kanji-kanji tersebut agar bisa melewati masa kuliah di Sastra Jepang. Namun, hal itu tidak pernah menjadi penghalang untuk saya mencoba dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan bisa meraih hasil yang maksimal. Bagi saya, perkuliahan di Sastra Jepang memanglah sulit, tapi selama ada tujuan yang ingin dicapai dan kita tetap bersemangat, apapun bisa diraih. Untuk meraih beasiswa tidak cukup hanya dekan “pintar” saja, namun juga harus memiliki usaha yang lebih, tidak perlu mengharapkan hasil yang sempurna tapi alngkah baiknya menyempurnakan proses yang kita jalani karena hal itu pasti akan membuahkan hasil yang positif yang membuat kita bangga pada usaha kita sendiri. Tetap percaya diri dan berjuang dengan kemampuan sendiri tanpa meminjam kemampuan orang lain, dan memegang teguh tujuan awal yang telah kita putuskan, maka beasiswa OIU inipun akhirnya bisa saya dapatkan dan merupadah pandangan hidup saya, sebagai alumni program OIU saya bisa menjadi individu yang berpikir global. Terima kasih Udayana, terima kasih Sastra Jepang FIB